Tangguh Mataram abad ke-16
Koleksi barang lawas kwalitas sama djuwal beli dengen harga pantas, dari itu hubungi saia punja alamat di Banyumas WhatsApp 083183514845
Jumat, 14 Agustus 2020
Senin, 20 Juli 2020
PUSAKA KERIS SEMPANA SENOPATEN
Dengan Keterangan Museum Pusaka TMII
Dapur : Sempana
Luk : 9
Tangguh : Mataram Senopaten
Abad : XV
Pamor : Tunggak Semi & Banyu Tetes
Hulu : Surakarta
Warangka : Gayaman Surakarta kayu timoho iras
Berat netto : 119 gram
Panjang : 43,2 cm (bilah 37 cm, pesi 6,2 cm)
Pendok : Blewah Surakarta
Note :
Dapur Sempana : keris luk 9, kembang katjang, lambe gadjah satu dan greneng
Dalam Serat Centhini tertjatet : dhapur sempana winasna | makna ngimpi dene muradirki |
dapur sempana adalah mimpi jang di tjita-tjitaken artinja terwudjudnja mimpi
Tangguh Mataram Senopaten abad ke-15
dari kualitas material bilah, tempaan jang sangat matang sehingga tantingan-nja sangat ringan, berwana hitam kebiruan, padat, halus, licin, pamor nyeprit sedikit, pasikutan wingit, langgam keris ini bisa masuk tangguh Madjapahit achir atau peralihan era Madjapahit - Senopaten
Pamor Tunggak Semi
Pamor jang hanja ada di bagian sor-soran pusaka, berupa garis berlapis tak beraturan dan pada bagian udjung atas pamor ini seolah tumbuh lagi pamor lain seperti tunas bersemi.
Tunggak artinja akar atau batang pohon jang sudah ditebang, bagian bawah jang masih mengakar di tanah dan berpeluang untuk hidup subur kembai. Djadi tunggak semi bermakna sesuatu jang sudah mati dan tidak berarti bisa kembali hidup tumbuh membesar kembali.
Pamor Banyu Tetes
atau disebut djuga Tetesing Warih atau Tirta Tumetes, jaitu pamor jang menjerupai tetesan2 air,
sebagai simbol redjeki dan kemudahan di tengah kesulitan
Djadi Pamor Tunggak Semi & Banyu Tetes berangsar redjeki, kemudahan, kesegaran di saat kesulitan dan keputus asaan, keberhasilan hidup kembali di saat sebelumnja mengalami kegagalan
Note :
Dapur Sempana : keris luk 9, kembang katjang, lambe gadjah satu dan greneng
Dalam Serat Centhini tertjatet : dhapur sempana winasna | makna ngimpi dene muradirki |
dapur sempana adalah mimpi jang di tjita-tjitaken artinja terwudjudnja mimpi
Tangguh Mataram Senopaten abad ke-15
dari kualitas material bilah, tempaan jang sangat matang sehingga tantingan-nja sangat ringan, berwana hitam kebiruan, padat, halus, licin, pamor nyeprit sedikit, pasikutan wingit, langgam keris ini bisa masuk tangguh Madjapahit achir atau peralihan era Madjapahit - Senopaten
Pamor Tunggak Semi
Pamor jang hanja ada di bagian sor-soran pusaka, berupa garis berlapis tak beraturan dan pada bagian udjung atas pamor ini seolah tumbuh lagi pamor lain seperti tunas bersemi.
Tunggak artinja akar atau batang pohon jang sudah ditebang, bagian bawah jang masih mengakar di tanah dan berpeluang untuk hidup subur kembai. Djadi tunggak semi bermakna sesuatu jang sudah mati dan tidak berarti bisa kembali hidup tumbuh membesar kembali.
Pamor Banyu Tetes
atau disebut djuga Tetesing Warih atau Tirta Tumetes, jaitu pamor jang menjerupai tetesan2 air,
sebagai simbol redjeki dan kemudahan di tengah kesulitan
Djadi Pamor Tunggak Semi & Banyu Tetes berangsar redjeki, kemudahan, kesegaran di saat kesulitan dan keputus asaan, keberhasilan hidup kembali di saat sebelumnja mengalami kegagalan
SOLD Out
Minggu, 19 Juli 2020
KERIS PUSAKA JALAK TILAM SARI HAMENGKU BUWONO 1
Dengan Surat Keterangan Museum TMII
Dapur : Jalak Tilam Sari
Tangguh : Mataram HB 1
Pamor : Mrutu Sewu & Wengkon
Abad : XVIII
Luk : Lurus
Hulu : Yogyakarta
Warangka : Gayaman Yogyakarta kayu timoho
Berat netto : 198 gram
Panjang : 43,3 cm (bilah 36,8 cm + pesi 7 cm
Note :
Dapur Jalak Tilam Sari
keris lurus, gandik lugas, pedjetan, tikel alis, sraweyan dan thingil atau ri pandan
Djalak bermakna sang pentjari jang selalu pulang dengan keberhasilan, adapoen tilam bermakna tempat istirahat dan sari bermakna sari kembang, djadi keris ini sebagai simbol keberhasilan dalam pentjarian, djauh dari kesukaran dan keletihan jang ada hanja kebahagian djiwa menghirup inti sari hidup dan kehidupan, sebagaimana pentjarian Sunan Kalidjaga dalam Suluk Bramara Ngisep Sari
Tangguh Mataram Hamengku Buwono 1 Abad ke-18
Tangguh HB dimulai dengan muntjulnja dinasti Hamengku Boewono, setelah Palihan Nagari Mataram Kartasura sebagai dampak dari Perjanjian Giyanti tahoen 1755. Paku Buwana III mengusulkan agar HB I melanjutkan kostum Mataram sepuh (Senapaten dan Sultan Agung) di Jatisari.. Dan tidak hanya kostum saja, akan tetapi juga gaya busana kerisnya. Yogya meneruskan gaya busana keris Mataram.
HB 1 saat berkuasa tahun 1755-1792 segera menitahken para empu untuk berupaja menerusken langgam lama Mataram Panembahan Senopati jang berkarakter Madjapahit,
konsepnja prasadja nanging mrabu, sederhana, tidak gemerlap tetapi berwibawa dan memantjarken sifat radja, sangat pantas disandang seorang radja jang tidak pamer kemegahan
bilahnja semakin keatas semakin ramping, hanja lebih lebar dan besar dari keris Senopaten karena masih terbawa langgam Kartasura jang berkesan satria gagah birawa, tetapi tidak kaku seperti keris Kartasura umumnja, menanting keris HB 1 ini walaupun adeg-nya gede, weweg, tegap sembodo tetapi pasti akan merasakan kesan prigel tangkas khas keris HB dengan tantingan ringan berwarna hitam sulak biru terlihat kering tetapi lumer sehingga saat diraba terasa sangat lembut, pamornja djuga lembut sekali terlihat tandas ngawat menyala
Pamor Mrutu Sewu & Wengkon
Mrutu Sewu salah satu bentuk pamor berupa kumpulan garis-garis lengkung dan bulatan besar dan ketjil menjebar di seluruh permukaan bilah, sebagai simbol redjeki jang banjak sekali sehingga dahulu banjak jang menjebut pamor ini sebagai pamor udan mas jang asli
Pamor Wengkon
satu pamor dengan bentuk seperti bingkai,, jang hanja para empu jang sangat ahli jang bisa membuatnja karena dalam mempertahanken sebuah garis bingkai jang tidak bersinggungan dalam tempa jang menyala adalah seperti hal jang mustahal, apatah lagi dalam keris ini terdapat beberapa garis bingkai jang sangat tipis sekali, jang hanja bisa dilihat bila menggunakan lup katja pembesar
sebagai simbol terkumpulnja redjeki supaja tidak mrodjol keluar dengan sia-sia
SOLD Out
Dengan Surat Keterangan Museum TMII
Dapur : Jalak Tilam Sari
Tangguh : Mataram HB 1
Pamor : Mrutu Sewu & Wengkon
Abad : XVIII
Luk : Lurus
Hulu : Yogyakarta
Warangka : Gayaman Yogyakarta kayu timoho
Berat netto : 198 gram
Panjang : 43,3 cm (bilah 36,8 cm + pesi 7 cm
Note :
Dapur Jalak Tilam Sari
keris lurus, gandik lugas, pedjetan, tikel alis, sraweyan dan thingil atau ri pandan
Djalak bermakna sang pentjari jang selalu pulang dengan keberhasilan, adapoen tilam bermakna tempat istirahat dan sari bermakna sari kembang, djadi keris ini sebagai simbol keberhasilan dalam pentjarian, djauh dari kesukaran dan keletihan jang ada hanja kebahagian djiwa menghirup inti sari hidup dan kehidupan, sebagaimana pentjarian Sunan Kalidjaga dalam Suluk Bramara Ngisep Sari
Tangguh Mataram Hamengku Buwono 1 Abad ke-18
Tangguh HB dimulai dengan muntjulnja dinasti Hamengku Boewono, setelah Palihan Nagari Mataram Kartasura sebagai dampak dari Perjanjian Giyanti tahoen 1755. Paku Buwana III mengusulkan agar HB I melanjutkan kostum Mataram sepuh (Senapaten dan Sultan Agung) di Jatisari.. Dan tidak hanya kostum saja, akan tetapi juga gaya busana kerisnya. Yogya meneruskan gaya busana keris Mataram.
HB 1 saat berkuasa tahun 1755-1792 segera menitahken para empu untuk berupaja menerusken langgam lama Mataram Panembahan Senopati jang berkarakter Madjapahit,
konsepnja prasadja nanging mrabu, sederhana, tidak gemerlap tetapi berwibawa dan memantjarken sifat radja, sangat pantas disandang seorang radja jang tidak pamer kemegahan
bilahnja semakin keatas semakin ramping, hanja lebih lebar dan besar dari keris Senopaten karena masih terbawa langgam Kartasura jang berkesan satria gagah birawa, tetapi tidak kaku seperti keris Kartasura umumnja, menanting keris HB 1 ini walaupun adeg-nya gede, weweg, tegap sembodo tetapi pasti akan merasakan kesan prigel tangkas khas keris HB dengan tantingan ringan berwarna hitam sulak biru terlihat kering tetapi lumer sehingga saat diraba terasa sangat lembut, pamornja djuga lembut sekali terlihat tandas ngawat menyala
Pamor Mrutu Sewu & Wengkon
Mrutu Sewu salah satu bentuk pamor berupa kumpulan garis-garis lengkung dan bulatan besar dan ketjil menjebar di seluruh permukaan bilah, sebagai simbol redjeki jang banjak sekali sehingga dahulu banjak jang menjebut pamor ini sebagai pamor udan mas jang asli
Pamor Wengkon
satu pamor dengan bentuk seperti bingkai,, jang hanja para empu jang sangat ahli jang bisa membuatnja karena dalam mempertahanken sebuah garis bingkai jang tidak bersinggungan dalam tempa jang menyala adalah seperti hal jang mustahal, apatah lagi dalam keris ini terdapat beberapa garis bingkai jang sangat tipis sekali, jang hanja bisa dilihat bila menggunakan lup katja pembesar
sebagai simbol terkumpulnja redjeki supaja tidak mrodjol keluar dengan sia-sia
SOLD Out
KERIS PANDAWA LARE GONDJA WILUT
Dengan Keterangan Museum Pusaka TMII
Dhapur : Pandawa Lare
Luk : 5
Tangguh : Mataram Abad ke-16
Pamor : Beras Wutah
Hulu : Yogyakarta
Warangka : Ladrang Yogyakarta kayu jati
Berat Netto : 172 gram
Pandjang : 42,2 cm, bilah
Pendok bunton cukitan model Yogyakarta
Note :
Dhapur Pandawa Lare
jaitu keris luk 5 dengan kembang katjang, djalen, lambe gadjah, pedjetan, tikel alis, sraweyan, greneng, sebagai simbol peremadjaan spiritual, semangat dan tjita-tjita
dengan gondja wilut, wilut artinja membelit, sitilasi ular jang sedang membelit sebagai simbol terengkuhnja tudjuan jang ditjita-tjitaken
terdapat pamor di gondja jang menjatu dengan bilahnja jang menandaken gondja wilut ini original bukan susulan atau owah-owahan
Tangguh Mataram abad ke-16 Era Sultan Agung
dengan keterangan para kurator Museum Pusaka keris ini bertangguh Sultan Agung kalau sadja tidak memakai gondja wilut, karena menurut penilainnja tidak ada keris Sultan Agung jang bergondja wilut. jang ada dengan gondja wilut seperti ini ada pada tangguh tua sematjam Madjapahit, tetapi dari material besi dan pamor serta langgam garapnja merupakan pusaka Sultan Agung-an
Pamor Beras Wutah
berupa lingkaran-lingkaran tak beraturan bila diraba pamor dan besinja sangat halus sekali
sebagai simbol keberlimpahan redjeki
SOLD Out
Dhapur : Pandawa Lare
Luk : 5
Tangguh : Mataram Abad ke-16
Pamor : Beras Wutah
Hulu : Yogyakarta
Warangka : Ladrang Yogyakarta kayu jati
Berat Netto : 172 gram
Pandjang : 42,2 cm, bilah
Pendok bunton cukitan model Yogyakarta
Note :
Dhapur Pandawa Lare
jaitu keris luk 5 dengan kembang katjang, djalen, lambe gadjah, pedjetan, tikel alis, sraweyan, greneng, sebagai simbol peremadjaan spiritual, semangat dan tjita-tjita
dengan gondja wilut, wilut artinja membelit, sitilasi ular jang sedang membelit sebagai simbol terengkuhnja tudjuan jang ditjita-tjitaken
terdapat pamor di gondja jang menjatu dengan bilahnja jang menandaken gondja wilut ini original bukan susulan atau owah-owahan
Tangguh Mataram abad ke-16 Era Sultan Agung
dengan keterangan para kurator Museum Pusaka keris ini bertangguh Sultan Agung kalau sadja tidak memakai gondja wilut, karena menurut penilainnja tidak ada keris Sultan Agung jang bergondja wilut. jang ada dengan gondja wilut seperti ini ada pada tangguh tua sematjam Madjapahit, tetapi dari material besi dan pamor serta langgam garapnja merupakan pusaka Sultan Agung-an
Pamor Beras Wutah
berupa lingkaran-lingkaran tak beraturan bila diraba pamor dan besinja sangat halus sekali
sebagai simbol keberlimpahan redjeki
SOLD Out
KERIS PANDAWA PRASADJA
Dengan Surat Keterangan Museum Pusaka TMII
Dhapur : Pandawa Prasaja
Luk : 5
Tangguh : Mataram Senopaten abad ke-15
Pamor : Dwi Warna (Lintang Kemukus & Banyu Tetes)
Hulu : Surakarta + Mendak Perak
Warangka : Gayaman Solo kayu jati
Pendok bunton cukitan perak model Solo
Berat netto : 78 gr
Pandjang : 38.3 cm, bilah 34 cm, pesi 5,5 cm, gondja 7 cm
Note :
Dhapur Pandawa Prasadja Luk 5
Pada djaman keradjaan keris luk 5 tjeritanja hanja boleh dimiliki oleh radja, pangeran, adipati dan bupati, selain mereka aturannja tidak boleh memilikinja
ritjikannja kembang katjang, lambe gadjah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan
sebagai simbol kekuatan kekuasaan, kewibawaan dan kehormatan
Pamor Dwi Warna (Lintang Kemukus & Banyu Tetes)
jaitu pada keris ini pada bilahnja terdapat dua matjem pamor jang berbeda
pada sor-soran terdapat pamor Lintang Kemukus atau bisa disebut Kukus Tunggal berupa pattern seperti gumpalan asap membumbung, sebagai simbol ketenaran dan penambah kewibawaan
pada bagian atas bilah terdapat pamor Banyu Tetes, berupa lingkaran-lingkaran serupa tetesan air, sebagai simbol redjeki jang akan selalu datang
Tangguh Mataram Senopaten abad ke-15
jang masih kental dengan karakter Madjapahit, besi hitam sulak biru, pamor tjeprit sedikit merambut menantjap pandes menjala seperti perak, pasikutan methentheng wani, berani, galak tetapi tampan
Warangka Gayaman Solo khas Banjumasan
Tjintjin mendak perak tretes permata
Pendok perak, cukit berarti bukan dipahat tetapi di tjukit dengan alat tadjam, jang lebih lama pengerdjaannja dan memerlukan perak lebih banjak karena banjak jang terbuang
Dengan sandangan sangat nyetel mendjadi penanda pemilik pusaka dahulu adalah penguasa di tlatah Banjumas
SOLD Out
Dhapur : Pandawa Prasaja
Luk : 5
Tangguh : Mataram Senopaten abad ke-15
Pamor : Dwi Warna (Lintang Kemukus & Banyu Tetes)
Hulu : Surakarta + Mendak Perak
Warangka : Gayaman Solo kayu jati
Pendok bunton cukitan perak model Solo
Berat netto : 78 gr
Pandjang : 38.3 cm, bilah 34 cm, pesi 5,5 cm, gondja 7 cm
Note :
Dhapur Pandawa Prasadja Luk 5
Pada djaman keradjaan keris luk 5 tjeritanja hanja boleh dimiliki oleh radja, pangeran, adipati dan bupati, selain mereka aturannja tidak boleh memilikinja
ritjikannja kembang katjang, lambe gadjah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan
sebagai simbol kekuatan kekuasaan, kewibawaan dan kehormatan
Pamor Dwi Warna (Lintang Kemukus & Banyu Tetes)
jaitu pada keris ini pada bilahnja terdapat dua matjem pamor jang berbeda
pada sor-soran terdapat pamor Lintang Kemukus atau bisa disebut Kukus Tunggal berupa pattern seperti gumpalan asap membumbung, sebagai simbol ketenaran dan penambah kewibawaan
pada bagian atas bilah terdapat pamor Banyu Tetes, berupa lingkaran-lingkaran serupa tetesan air, sebagai simbol redjeki jang akan selalu datang
Tangguh Mataram Senopaten abad ke-15
jang masih kental dengan karakter Madjapahit, besi hitam sulak biru, pamor tjeprit sedikit merambut menantjap pandes menjala seperti perak, pasikutan methentheng wani, berani, galak tetapi tampan
Warangka Gayaman Solo khas Banjumasan
Tjintjin mendak perak tretes permata
Pendok perak, cukit berarti bukan dipahat tetapi di tjukit dengan alat tadjam, jang lebih lama pengerdjaannja dan memerlukan perak lebih banjak karena banjak jang terbuang
Dengan sandangan sangat nyetel mendjadi penanda pemilik pusaka dahulu adalah penguasa di tlatah Banjumas
SOLD Out
Keris Bendho Segodo
Tangguh : Madura abad ke-18
Pamor : Bendha Segada
Hulu : Solo kayu tayuman
Warangka : gayaman Solo kayu timoho
Berat netto : 161 cm
pandjang total : 41,7 cm
pandjang bilah 36 cm, pesi 7 cm, gondja 8 cm
Pendok blewah Solo
Note :
Tilam Upih
adalah keris lurus dengan tikel alis dan pedjetan
jang berarti alas pembaringan dari anjaman daun pinang sebagai perlambang tirakat kebatinan pengauatan kemauan, jang membuat djalan tjita-tjita terlaksana, sebagaiman dahulu kala para orang tua mewarisken anak-anaknja kang baru menikah dengan keris Tilam Upih
Pamor Bendha Segada
jang artinja serentengan atau sederetan buah bendha jang bentuknja mendjadi seperti gada, sendjata terkenal Bima Sena, adapoen buah bendha dahulu populer sedjak lama digunaken sebagai sumber nutrisi kaya manfaat, jang saat ini sudah mendjadi sangat langka
termasuk pamor rekan jang sengadja dibikin oleh empu berupa bulatan-bulatan menggumpal mengelompok rapat, sebagai simbol bertambahnja redjeki, harta benda dan handai taulan
Tangguh Madur abad ke-18
besi dan pamor halus, tantingan ringan dan tintingan nyaring
dengan pasikutan mirip keris-keris Mataram
Deder Tayuman kaju jang sekarang mulai langka, jang tinggi berat djenisnja sehingga akan tenggelam bila dimasukkan dalam air
SOLD Out
dengan Surat Keterangan Museum Pusaka TMII
Dhapur : Tilam UpihTangguh : Madura abad ke-18
Pamor : Bendha Segada
Hulu : Solo kayu tayuman
Warangka : gayaman Solo kayu timoho
Berat netto : 161 cm
pandjang total : 41,7 cm
pandjang bilah 36 cm, pesi 7 cm, gondja 8 cm
Pendok blewah Solo
Note :
Tilam Upih
adalah keris lurus dengan tikel alis dan pedjetan
jang berarti alas pembaringan dari anjaman daun pinang sebagai perlambang tirakat kebatinan pengauatan kemauan, jang membuat djalan tjita-tjita terlaksana, sebagaiman dahulu kala para orang tua mewarisken anak-anaknja kang baru menikah dengan keris Tilam Upih
Pamor Bendha Segada
jang artinja serentengan atau sederetan buah bendha jang bentuknja mendjadi seperti gada, sendjata terkenal Bima Sena, adapoen buah bendha dahulu populer sedjak lama digunaken sebagai sumber nutrisi kaya manfaat, jang saat ini sudah mendjadi sangat langka
termasuk pamor rekan jang sengadja dibikin oleh empu berupa bulatan-bulatan menggumpal mengelompok rapat, sebagai simbol bertambahnja redjeki, harta benda dan handai taulan
Tangguh Madur abad ke-18
besi dan pamor halus, tantingan ringan dan tintingan nyaring
dengan pasikutan mirip keris-keris Mataram
Deder Tayuman kaju jang sekarang mulai langka, jang tinggi berat djenisnja sehingga akan tenggelam bila dimasukkan dalam air
SOLD Out
Keris Tayuh Sempaner Tjirebon Sepuh
Dhapur Sempaner
dg ritjikan : kembang katjang, djalen, lambe gadjah, tikel alis, ri pandhan
hanja berbeda dengan kebanjakan Sempaner dg ritjikan pakem seperti diatas keris ini memakai ada-ada, terdapat sogokan depan, sraweyan yg djelas, mempunjai tikel alis jang pandjang, lambe gadjah dua dan greneng
Sempaner berasal dari kata Sempana Bener jang berarti mimpi jang bener
sebagai simbol karunia keberuntungan pada laku lurus kehidupannja
pada djaman dahulu banjak dipunja oleh para penggawe keradjaan
Pamor Beras Wutah
pamor pattern bulatan-bulatan ketjil tak beraturan seperti beras tumpah
sebagai simbol keberlimpahan kemakmuran, murah sandang murah pangan
Tangguh Tjirebon abad ke-17
dengan karakter khas keris Tjirebon Awal jang tebal pamornja, tinggi kandungan besi pasir malela-nja berkualitas kurang tjerah seperti bukan dimaksudkan untuk pameran keindahan tetapi sebagai keris tayuh untuk ageman piyandel kebatinan
pandjang bilah 33,5 cm, pesi 7 cm
warangka timoho gajaman bantjih surakarta
Dimaharken tanpa handle deder
Dhapur Sempaner
dg ritjikan : kembang katjang, djalen, lambe gadjah, tikel alis, ri pandhan
hanja berbeda dengan kebanjakan Sempaner dg ritjikan pakem seperti diatas keris ini memakai ada-ada, terdapat sogokan depan, sraweyan yg djelas, mempunjai tikel alis jang pandjang, lambe gadjah dua dan greneng
Sempaner berasal dari kata Sempana Bener jang berarti mimpi jang bener
sebagai simbol karunia keberuntungan pada laku lurus kehidupannja
pada djaman dahulu banjak dipunja oleh para penggawe keradjaan
Pamor Beras Wutah
pamor pattern bulatan-bulatan ketjil tak beraturan seperti beras tumpah
sebagai simbol keberlimpahan kemakmuran, murah sandang murah pangan
Tangguh Tjirebon abad ke-17
dengan karakter khas keris Tjirebon Awal jang tebal pamornja, tinggi kandungan besi pasir malela-nja berkualitas kurang tjerah seperti bukan dimaksudkan untuk pameran keindahan tetapi sebagai keris tayuh untuk ageman piyandel kebatinan
pandjang bilah 33,5 cm, pesi 7 cm
warangka timoho gajaman bantjih surakarta
Dimaharken tanpa handle deder
SOLD Out
Brodjol Madoera
Dhapur Brodjol
simbol kelahiran spiritual kembali
Pamor Kulit Semangka
simbol kemudahan pergaulan dan redjeki
Tangguh Madura abad ke-19
besi : hitam keabu-abuan, berkesan kering
bilah : tjenderung tebal dan berat
gondja : sebit rontal, penampanngnja lurus
pamor : nggajih, pandes menantjap, agal, tegas, mubyar, berkesan kering, tapi bila diraba halus tidak biasa seperti keris Madura jang kasar
Warangka gandar iras
original bawaan dari perawat dahulu
SOLD Out
simbol kelahiran spiritual kembali
Pamor Kulit Semangka
simbol kemudahan pergaulan dan redjeki
Tangguh Madura abad ke-19
besi : hitam keabu-abuan, berkesan kering
bilah : tjenderung tebal dan berat
gondja : sebit rontal, penampanngnja lurus
pamor : nggajih, pandes menantjap, agal, tegas, mubyar, berkesan kering, tapi bila diraba halus tidak biasa seperti keris Madura jang kasar
Warangka gandar iras
original bawaan dari perawat dahulu
SOLD Out
Langganan:
Postingan (Atom)