Senin, 06 Januari 2020

Pusaka Saboek Inten Madjapahit


Dhapur Sabuk Inten
Luk 11, kembang katjang, djalen, lambe gadjah, sogokan rangkap, sraweyan, ri pandhan
Legenda dhapur ini ditjiptakan pada masa Prabu Brawidjaja achir tahun djawa 1381, jang sampai sekarang terkenal dan mendjadi inspirasi berbagai karya sastra, bersama Naga Sasra, Sabuk Inten disebut-sebut sebagai warisan zaman Madjapahit.
Sabuk Inten berarti ikat pinggang intan, dene ta rahsanira, kamulyaning manungsa tinartamtu, rahasia maknanya adalah terengkuhnja kemuliaan seorang manusia jang sudah ditentukan sedjak lahir

Pamor Keleng
atau biasa djuga disebut keris pangawak wadja, jaitu keris jang berpamor tetapi tidak tampak putih seperti pamor biasanja, hanja karena penempaan jang sangat matang sehingga pamornja menyatu, mendjadi terlihat seperti warna besinja tetapi masih tampak guratan serat pamornja berurat halus, kadang masih terlihat sedikit pamor sanak akan teteapi banjak jang mengatakan warna tersebut muntjul akibat dari lipatan besi
sebagai simbol tertjapainja kedalaman batin, keteguhan dan peleburan mara bahaja

Tangguh Madjapahit abad ke-14
suatu tangguh romantis jang bisa menimbulkan unsur fantasi, irrasional dan indah jang melukiskan sebuah tjerita besar atau tragedi dahsjat sebuah imperium adidaja jang pernah menaklukkan nusantara.
Masjarakat Madjapahit umumnja adalah para penakluk, jang hampir seluruhnja menyandang keris seperti jang disaksikan djuru tulis rombongan Laksmana Cheng-ho pendjeladjah Tjina pada tahun 1461 M, ketika mengundjungi Madjapahit ia menulis, hampir semua lelaki di negeri itu memakai belati lurus atau berkelok-kelok sedjak masih anak-anak, bahkan sedjak umur 3 tahun
Keris-kerisnja nggegirisi, dari materi bahan dan garap serta nilai kebatinannja dianggap lebih baik dari tangguh jang lain

pandjang bilah 32 cm, pesi 6 cm
warangka gayaman djogja kaju trembalo gandar iras

SOLD to Djakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar